Tantangan Hari 2. Saya disuruh sama penulis untuk buat sebuah cerita pendek. Kurang lebih 1-2 halaman kertas polio. Walaupun saya kelewatan, sampe 3 halaman. Di tantangan kali ini, cerita yang saya buat haruslah dibantu dengan google images. Jadi saya ngambil gambar di google sesuai gambar yang ingin saya cari. Misal, saya nyari di google itu dengan keyword : library, handsome person, first meet, dst. Lalu dari gambar-gambar yang udah saya ambil. Lalu saya gabungin dan membuat sebuah cerita.
***
Sebagai orang yang sibuk bekerja demi keberlangsungan perusahaan, Andi secara tidak langsung dituntut untuk bekerja ekstra keras. Selain karena ini memang tugas dan tanggung jawabnya sebagai seorang pegawai, Ia juga berharap dengan ketekunan dan keuletannya dalam bekerja bisa membuat dirinya naik jabatan. Karena terlalu sering larut dalam pekerjaan kantor yang dimilikinya, Andi seakan tidak mempunyai tujuan hidup selain bekerja.
Untuk mempermudah menyelesaikan pekerjaannya, Andi senantiasa datang ke perpustakaan yang terletak kurang lebih 300 meter dari kantor tempat Ia bekerja. Sebuah perpustakaan modern dengan konsep artistik yang menarik. Bahkan bila dilihat Sekilas, tempat itu bukan seperti perpustakaan, melainkan rumah mewah dengan rancangan terbaik di dunia. Putih, minimalis dan tentunya keren. Begitu Andi menginjakan kakinya di keramik putih bersih di dalam tempat tersebut, hawa dingin langsung menyergap Andi dibalik balutan jas hitam dengan pasangan kemeja putih dan dasi merah maroon yang kelihatan cukup menawan. Andi mungkin adalah satu-satunya orang dengan setelan jas kantoran yang memasuki tempat penuh buku ini. Sehingga tak heran, Andi menjadi pusat perhatian bila Ia menapakan tapak sepatu kulitnya dengan gagah meyusuri setiap lorong rak buku yang hendak dikunjunginya.
Sebagai orang yang bisa dikatakan cukup pintar, baik itu dalam hal eksak maupun berbicara, satu-satunya yang membuat Andi tak berkutik yakni ketika disuruh bersinggungan dengan teknologi. Program dari Microsoft serta dunia maya adalah satu-satunya hal yang dapat membungkam Andi. Bagi dirinya, hal yang paling sulit untuk dipahami adalah tentang teknologi. Jika Ia harus memilih, antara belajar tentang Cinta atau Teknologi, pasti Ia akan memilih pilihan terakhir demi kelangsungan pekerjaannya. Sehingga Anda semua pasti bisa menebak, kemana tujuan Andi ketika datang ke perpustakaan, yaitu bagian teknologi.
Belajar teknologi tidaklah semudah membalikan telapak tangan. Mempelajari teorinya saja bukanlah hal yang benar, Anda harus turun langsung dan mempraktekan teori tersebut. Jadilah Andi beranjak dari tempat duduknya dan langsung menuju tempat komputer sambil terus membaca buku “Mempelajari Program dari Microsoft”. Begitu Ia berbelok mengambil lorong terdekat menuju tempat komputer, Ia harus menabrak seorang wanita yang kelihatan lebih muda dari dirinya. “Aww” pekik wanita tersebut sepelan mungkin. Buku yang ada di tangan Andi jatuh, begitu juga dengan buku di tangan wanita tersebut, semuanya jatuh berserakan.
“Maaf, aku gak liat. Maaf ya. Sini biar aku bantu”, tangan Andi terjulur hendak membantu wanita tersebut.
“Iya, oke ngga apa”, sambil menerima bantuan dari Andi, “aku juga tadi gak liat kamu. Maaf juga ya.”
Andi yang sedari tadi fokus pada bukunya, kini harus berhadapan dengan seorang wanita cantik yang lebih pendek dari dirinya. Belum sempat Andi berpikir untuk bicara sesuatu, wanita tersebut lalu memalingkan muka kearahnya. Seketika jantung Andi berhenti berdetak. Meski ini bukan pertama kalinya Ia bertemu dengan seorang perempuan, namun wanita ini seakan-akan adalah bidadari yang baru saja turun dari surga. Rambut hitam yang dibiarkan terurai sebahu seakan cocok dengan mukanya yang lucu. Setelan blouse merah dengan motif bunga begitu padu dengan jam tangan merah muda yang dipakainya. Tapi bukan itu yang benar-benar mengalihkan pandangan Andi. Senyum dan tatapannya seolah adalah sihir alami sang bidadari untuk melumpuhkan lawannya.
Andi terdiam seribu bahasa. Kaku. Tak seperti biasanya ketika Ia presentasi di depan pemilik perusahaan ternama.
“Hei”, ucapan wanita itu membuyarkan semua lamunan Andi kemudian ia menjulurkan tangan, “Namaku Tania”.
“Oh iya, aku Andi”
“keliatannya buru-buru banget, ada pekerjaan ya?”
“Gaak. Ini aku pengen belajar Microsoft aja, tadi itu aku bener-bener ga liat waktu jalan”
“Oh iya gak masalah. Oh mau belajar Mcrosoft ya? Aku bisa ajarin lho! Kebetulan aku cukup ngerti di bidang gituan”
“Wah makasih ya. Akhirnya ada juga yang mau ngajarin”
“Iya sama-sama, yuk kesana”
Jadilah seharian itu, Andi dan Tania belajar bersama didepan komputer yang selalu memandang iri mereka. Andi tidak fokus waktu itu. Ia hanya bingung, perasaan apa yang menjalari tubuhnya, sehingga Ia benar-benar tertarik pada wanita tersebut. Semakin lama Ia berpikir, semakin jelas pula bahwa Ia sedang jatuh cinta. Ya Aku sedang jatuh cinta.
Sejak pertemuan pada hari itu, Andi seakan di sihir. Hari-hari dilewatinya dengan terus memikirkan Tania. Sebenarnya ini masalah biasa, pria falling in love dengan wanita. Tapi kasus Andi ini berbeda, Ia seakan menemukan bagian dirinya yang lain yang telah lama hilang.
Waktu break kerja dimanfaatkan Andi untuk pergi ke halaman luar gedung yang berada di lantai 5. Di tempat itu, Ia benar-benar memikirkan sepenuhnya tentang Tania, wanita yang ditemuinya di perpustakaan. Andi berjalan ke ujung teras tersebut dan menikmati pemandangan kota Jakarta dari atas. Tangannya berpegang pada pagar kaca, matanya meneliti seluk beluk kota yang padat pada jam tersebut, pikirannya semakin kacau. Di dalam lamunannya tersebut, akhirnya terbesit sebuah pikiran, ”Aku harus menelponnya malam ini”.
Menunggu jam pulang kerja pada hari ini, adalah hal yang paling menyiksa. Andi yang biasanya pulang agak telat, kini berharap dapat pulang secepatnya dan menelpon Tania. Ia menunda beberapa pekerjaan yang telah di tawari pada hari itu, dan Ia berjanji untuk mengerjakannya besok. Ketika jam tepat menunjukan pukul 5 sore. Andi bergegas mengambil jas dan tas kantornya. Ia berlari menyusuri setiap koridor dengan terburu-buru, begitu juga ketika di dalam lift. Ia berharap lift itu dapat bergerak cepat. Sewaktu pintu lift membuka tepat ke arah basement, Andi bergegas menuju mobilnya. Tanpa pikir panjang, Andi bergegas pulang.
Tapi sayangnya, kesempatan pulang lebih cepat terhalang dengan kemacetan. Memang, pada jam-jam pulang orang-orang kantor, macet adalah hal yang biasa. Andi pun harus rela sampai ke rumah jam setengah 7 malam. Ia membuka ponsel, sambil berharap telponnya dijawab oleh Tania. Sudah 10 kali Ia menelpon, tak ada satu pun yang di jawab. Ia terus berusaha, namun itu tak bertahan lama. Ia menyerah, dan pergi mandi. Apa yang salah?
Di tengah kegundahan hati yang sedang menyerangnya. Telponnya berdering, Ia kaget dan senang bukan kepalang. ITU TANIAAA!!! Ia berteriak seperti halnya anak kecil yang mendapatkan mainan idamannya. Malam itu, tanpa sehelai benang yang menutupi tubuh bagian atas serta handuk yang masih melingkar di pinggangnya, Ia berbicara dengan Tania via telepon. Ia sekarang tahu, kenapa Tania tidak mengangkat teleponnya. Dari tadi sore, wanita tersebut menunggu Andi di perpustakaan, tapi tidak kunjung bertemu. Ia akhirnya memilih untuk menghabiskan waktuya di perpustakaan, maka dari itu Tania tidak mengangkat telpon dari Andi. Hasil perbincangan lewat telepon itu juga membawa dampak positif. Andi menjadi lebih leluasa seperti Andi sebelumnya. Ia tak canggung lagi. Bahkan yang paling penting, Andi berhasil mengajak Tania kencan untuk pertama kalinya besok malam. Tentu sebuah pencapaian yang besar bagi Andi. Apalagi selama ini, Ia sangat jarang dekat dengan seorang wanita, apalagi untuk mengajaknya kencan. Namun malam ini Ia berhasil.
Malam yang tenang menjadi bumbu penyedap yang pas, ketika Andi selesai berbicara dengan Tania.Jam menunjukan pukul 22.30. Andi duduk di sofa, matanya menuju televisi berukuran 20 inch, tapi pikirannya masih meraba ke arah percakapan tadi. Andi kini punya sebuah impian baru selain naik jabatan. Ia sudah mulai memikirkan tentang cinta, pernikahan dan keluarga. Ia berharap, semua kerja kerasnya di kantor, akan mengubah hidup Andi menjadi lebih baik. Sehingga, wanita dambaan hatinya bisa hidup bahagia bersamanya kelak.
Andi tersenyum bahagia, hingga Ia merasa kelelahan dan tertidur di sofa miliknya. Dan masih tanpa baju, dan hanya handuk yang menempel di tubuhnya.
Sebagai orang yang sibuk bekerja demi keberlangsungan perusahaan, Andi secara tidak langsung dituntut untuk bekerja ekstra keras. Selain karena ini memang tugas dan tanggung jawabnya sebagai seorang pegawai, Ia juga berharap dengan ketekunan dan keuletannya dalam bekerja bisa membuat dirinya naik jabatan. Karena terlalu sering larut dalam pekerjaan kantor yang dimilikinya, Andi seakan tidak mempunyai tujuan hidup selain bekerja.
Untuk mempermudah menyelesaikan pekerjaannya, Andi senantiasa datang ke perpustakaan yang terletak kurang lebih 300 meter dari kantor tempat Ia bekerja. Sebuah perpustakaan modern dengan konsep artistik yang menarik. Bahkan bila dilihat Sekilas, tempat itu bukan seperti perpustakaan, melainkan rumah mewah dengan rancangan terbaik di dunia. Putih, minimalis dan tentunya keren. Begitu Andi menginjakan kakinya di keramik putih bersih di dalam tempat tersebut, hawa dingin langsung menyergap Andi dibalik balutan jas hitam dengan pasangan kemeja putih dan dasi merah maroon yang kelihatan cukup menawan. Andi mungkin adalah satu-satunya orang dengan setelan jas kantoran yang memasuki tempat penuh buku ini. Sehingga tak heran, Andi menjadi pusat perhatian bila Ia menapakan tapak sepatu kulitnya dengan gagah meyusuri setiap lorong rak buku yang hendak dikunjunginya.
Sebagai orang yang bisa dikatakan cukup pintar, baik itu dalam hal eksak maupun berbicara, satu-satunya yang membuat Andi tak berkutik yakni ketika disuruh bersinggungan dengan teknologi. Program dari Microsoft serta dunia maya adalah satu-satunya hal yang dapat membungkam Andi. Bagi dirinya, hal yang paling sulit untuk dipahami adalah tentang teknologi. Jika Ia harus memilih, antara belajar tentang Cinta atau Teknologi, pasti Ia akan memilih pilihan terakhir demi kelangsungan pekerjaannya. Sehingga Anda semua pasti bisa menebak, kemana tujuan Andi ketika datang ke perpustakaan, yaitu bagian teknologi.
Belajar teknologi tidaklah semudah membalikan telapak tangan. Mempelajari teorinya saja bukanlah hal yang benar, Anda harus turun langsung dan mempraktekan teori tersebut. Jadilah Andi beranjak dari tempat duduknya dan langsung menuju tempat komputer sambil terus membaca buku “Mempelajari Program dari Microsoft”. Begitu Ia berbelok mengambil lorong terdekat menuju tempat komputer, Ia harus menabrak seorang wanita yang kelihatan lebih muda dari dirinya. “Aww” pekik wanita tersebut sepelan mungkin. Buku yang ada di tangan Andi jatuh, begitu juga dengan buku di tangan wanita tersebut, semuanya jatuh berserakan.
“Maaf, aku gak liat. Maaf ya. Sini biar aku bantu”, tangan Andi terjulur hendak membantu wanita tersebut.
“Iya, oke ngga apa”, sambil menerima bantuan dari Andi, “aku juga tadi gak liat kamu. Maaf juga ya.”
Andi yang sedari tadi fokus pada bukunya, kini harus berhadapan dengan seorang wanita cantik yang lebih pendek dari dirinya. Belum sempat Andi berpikir untuk bicara sesuatu, wanita tersebut lalu memalingkan muka kearahnya. Seketika jantung Andi berhenti berdetak. Meski ini bukan pertama kalinya Ia bertemu dengan seorang perempuan, namun wanita ini seakan-akan adalah bidadari yang baru saja turun dari surga. Rambut hitam yang dibiarkan terurai sebahu seakan cocok dengan mukanya yang lucu. Setelan blouse merah dengan motif bunga begitu padu dengan jam tangan merah muda yang dipakainya. Tapi bukan itu yang benar-benar mengalihkan pandangan Andi. Senyum dan tatapannya seolah adalah sihir alami sang bidadari untuk melumpuhkan lawannya.
Andi terdiam seribu bahasa. Kaku. Tak seperti biasanya ketika Ia presentasi di depan pemilik perusahaan ternama.
“Hei”, ucapan wanita itu membuyarkan semua lamunan Andi kemudian ia menjulurkan tangan, “Namaku Tania”.
“Oh iya, aku Andi”
“keliatannya buru-buru banget, ada pekerjaan ya?”
“Gaak. Ini aku pengen belajar Microsoft aja, tadi itu aku bener-bener ga liat waktu jalan”
“Oh iya gak masalah. Oh mau belajar Mcrosoft ya? Aku bisa ajarin lho! Kebetulan aku cukup ngerti di bidang gituan”
“Wah makasih ya. Akhirnya ada juga yang mau ngajarin”
“Iya sama-sama, yuk kesana”
Jadilah seharian itu, Andi dan Tania belajar bersama didepan komputer yang selalu memandang iri mereka. Andi tidak fokus waktu itu. Ia hanya bingung, perasaan apa yang menjalari tubuhnya, sehingga Ia benar-benar tertarik pada wanita tersebut. Semakin lama Ia berpikir, semakin jelas pula bahwa Ia sedang jatuh cinta. Ya Aku sedang jatuh cinta.
Sejak pertemuan pada hari itu, Andi seakan di sihir. Hari-hari dilewatinya dengan terus memikirkan Tania. Sebenarnya ini masalah biasa, pria falling in love dengan wanita. Tapi kasus Andi ini berbeda, Ia seakan menemukan bagian dirinya yang lain yang telah lama hilang.
Waktu break kerja dimanfaatkan Andi untuk pergi ke halaman luar gedung yang berada di lantai 5. Di tempat itu, Ia benar-benar memikirkan sepenuhnya tentang Tania, wanita yang ditemuinya di perpustakaan. Andi berjalan ke ujung teras tersebut dan menikmati pemandangan kota Jakarta dari atas. Tangannya berpegang pada pagar kaca, matanya meneliti seluk beluk kota yang padat pada jam tersebut, pikirannya semakin kacau. Di dalam lamunannya tersebut, akhirnya terbesit sebuah pikiran, ”Aku harus menelponnya malam ini”.
Menunggu jam pulang kerja pada hari ini, adalah hal yang paling menyiksa. Andi yang biasanya pulang agak telat, kini berharap dapat pulang secepatnya dan menelpon Tania. Ia menunda beberapa pekerjaan yang telah di tawari pada hari itu, dan Ia berjanji untuk mengerjakannya besok. Ketika jam tepat menunjukan pukul 5 sore. Andi bergegas mengambil jas dan tas kantornya. Ia berlari menyusuri setiap koridor dengan terburu-buru, begitu juga ketika di dalam lift. Ia berharap lift itu dapat bergerak cepat. Sewaktu pintu lift membuka tepat ke arah basement, Andi bergegas menuju mobilnya. Tanpa pikir panjang, Andi bergegas pulang.
Tapi sayangnya, kesempatan pulang lebih cepat terhalang dengan kemacetan. Memang, pada jam-jam pulang orang-orang kantor, macet adalah hal yang biasa. Andi pun harus rela sampai ke rumah jam setengah 7 malam. Ia membuka ponsel, sambil berharap telponnya dijawab oleh Tania. Sudah 10 kali Ia menelpon, tak ada satu pun yang di jawab. Ia terus berusaha, namun itu tak bertahan lama. Ia menyerah, dan pergi mandi. Apa yang salah?
Di tengah kegundahan hati yang sedang menyerangnya. Telponnya berdering, Ia kaget dan senang bukan kepalang. ITU TANIAAA!!! Ia berteriak seperti halnya anak kecil yang mendapatkan mainan idamannya. Malam itu, tanpa sehelai benang yang menutupi tubuh bagian atas serta handuk yang masih melingkar di pinggangnya, Ia berbicara dengan Tania via telepon. Ia sekarang tahu, kenapa Tania tidak mengangkat teleponnya. Dari tadi sore, wanita tersebut menunggu Andi di perpustakaan, tapi tidak kunjung bertemu. Ia akhirnya memilih untuk menghabiskan waktuya di perpustakaan, maka dari itu Tania tidak mengangkat telpon dari Andi. Hasil perbincangan lewat telepon itu juga membawa dampak positif. Andi menjadi lebih leluasa seperti Andi sebelumnya. Ia tak canggung lagi. Bahkan yang paling penting, Andi berhasil mengajak Tania kencan untuk pertama kalinya besok malam. Tentu sebuah pencapaian yang besar bagi Andi. Apalagi selama ini, Ia sangat jarang dekat dengan seorang wanita, apalagi untuk mengajaknya kencan. Namun malam ini Ia berhasil.
Malam yang tenang menjadi bumbu penyedap yang pas, ketika Andi selesai berbicara dengan Tania.Jam menunjukan pukul 22.30. Andi duduk di sofa, matanya menuju televisi berukuran 20 inch, tapi pikirannya masih meraba ke arah percakapan tadi. Andi kini punya sebuah impian baru selain naik jabatan. Ia sudah mulai memikirkan tentang cinta, pernikahan dan keluarga. Ia berharap, semua kerja kerasnya di kantor, akan mengubah hidup Andi menjadi lebih baik. Sehingga, wanita dambaan hatinya bisa hidup bahagia bersamanya kelak.
Andi tersenyum bahagia, hingga Ia merasa kelelahan dan tertidur di sofa miliknya. Dan masih tanpa baju, dan hanya handuk yang menempel di tubuhnya.