Setelah mengumpulkan keberanian yang amat sangat banyak dari dalam jiwa ragaku. Aku beranikan untuk duduk, dan melihat tempat itu. Sayangnya itu percuma. Selain lengket, tempat ini juga begitu gelap. Namun kemudian aku coba untuk meraba. Begitu tanganku meraba kebagian yang agak jauh, aku mendapati bahwa aku sedang dibaringkan di sebuah tempat yang kemungkinan adalah kasur. Kemudian aku tak berani untuk melanjutkan aktifitas tersebut. Aku takut sesuatu yang lebih buruk terjadi apabila aku melakukan hal ini lebih jauh.
Pada mulanya aku berharap ini mimpi. Setetes demi setetes harapan yang daritadi ku kumpulkan mulai sirna diterpa rasa takut yang begitu menggelora ketika aku sadar sudah sangat lama aku terbangun dan semuanya sama. Gelap, lengket. Aku tetap tidak tahu mengapa, dimana, bagaimana semua ini terjadi. Hal terakhir yang aku ingat ialah aku tidur sehabis berkencan dengan pacarku.
Ditengah kesunyian mahadasyat tempat itu, terdengar langkah-langkah kaki berjalan mendekatiku. Sepertinya orang itu tidak memakai sepatu, karena yang kudengar hanya pijakan kaki biasa yang terdengar begitu anggun ditelingaku. Semakin 'Ia' mendekat semakin jelas suara keciprat air. Sedetik kemudian ia berhenti, namun diikuti derap langkah kaki lainnya dari bagian yang berbeda. Persis terdengar seperti tadi. Anggun, tanpa alas kaki, keciprat air, berhenti. Begitu seterusnya sampai aku rasa 10 'orang' mengelilingiku.
Tidak hanya sampai disitu saja rasa cemas yang telah meggerogoti sebagian jiwa ku. Begitu derap-derap kaki tersebut lenyap dari pendegaran. Kemudian tercium bau amis yang sangat amat kuat. Refleks, aku menutup hidungku. Seakan tahu aku menutup hidungku, bau amis tersebut kian memancarkan aura busuknya untuk memaksaku muntah di tempat aku baring sedari tadi. Karena muak dengan semua hal aneh ini, aku beranikan untuk beteriak, "Apa-apaan ini. Stop!". Ternyata teriakanku tak ubahnya mengubah suasana mencekam menjadi begitu lebih mencekam ketika tempat itu malah dipenuhi isak tangis. Awalnya hanya satu isak tangis, namun kian bertambah seiring detik jam bergerak. Aku tak tahu apa aku harus menyesali teriakanku itu atau malah ingin teriak lebih kencang daripada sebelumnya. Rasa takut sudah seratus persen menaklukan jiwa ku.
Aku memilih diam untuk meladeni isak tangis yang begitu kuat dan melengking di telingaku. Ternyata diam ku itu ditanggapi secara serius oleh 'ruangan kosong' yang kian menggemakan suara tangisan tersebut. Aku berontak. Aku sudah sepenuhnya takut. Tidakkah ada rasa kasihan buatku yang sudah terlampau takut? Aku kemudian berteriak dan mencoba melarikan diri.
Sejurus kemudian, secara tiba-tiba tanganku terasa diikat oleh seutas tali. Begitu juga yang kurasakan dengan kakiku. Dengan tetap melawan dan mencoba membebaskan diri, sekilas cahaya terlahir tepat diatasku.
Kini semuanya jelas. Aku mengerti semuanya. Derap kaki yang anggun, suara isak tangis, bau amis dan kasur. Aku menyesal tiada tara. Aku menyesal diwaktu yang amat terlambat. Penyesalan tiada guna karena penyesalan ini datang di bagian terakhir
***
Dicky adalah mahasiswa yang kehidupannya kacau balau. Diusir dari rumah, di-DO dari kampus, ditendang dari tempat kos. Semuanya terjadi bukan karena takdir Tuhan untuk Dicky. Semuanya terjadi karena semua ini memang kesalahannya.
Ia dikenal sebagai preman kampus, preman masyarakat dan preman-preman lainnya. Bahkan preman lain yang lebih dulu menjalani profesi tersebut harus tunduk kepada Dicky. Kerjanya hanya merampok, mencuri, dan menjambret. Tujuannya hanya satu, demi mendapatkan segepok uang.
Uang-uang tersebut tentu tidak digunakan untuk sesuatu yang baik. TIdak pula uang itu digunakan untuk membeli Narkoba. Tapi uang itu digunakan untuk membayar gadis-gadis PSK, membayar penginapan, dan membayar segala seuatu yang erat hubungannya dengan 'free sex'.
Tidak hanya sebatas itu kesalahan yang dilakukan oleh Dicky. Seperti halnya perilaku bangsat preman. Ia selalu mencurangi setiap gadis yang ditidurinya. Pada mulanya, ia membayar hanya untuk satu malam. Namun, di malam berikutnya Ia datang dan memperkosa gadis tersebut tanpa sepeser uang. Biasanya Dicky datang dengan membawa sebuah sekop. Ya, hanya sebuah sekop.
Total sudah ada 10 gadis yang dicuranginya tersebut. Ada yang kemudian hamil akibat pemerkosaan tersebut, lantas dibunuh. Ada juga yang berontak saat ditiduri pria itu, juga lantas dibunuh. Ia kerap mengikat korbannya ditempat tidur.
Sekarang Dicky menjalani hari-harinya di sebuah Rumah Sakit Jiwa. Dokter mengatakan Ia sengaja dipindahkan karena selama berada di sel penjara, Ia kerap berteriak tanpa alasan yang mengganggu tahanan yang lain. Setelah diperiksa, ternyata Dicky mendadak kehilangan kewarasannya. Itulah sebabnya Ia dipindahkan ke Rumah Sakit Jiwa.
***
Setiap malam, Dicky selalu berteriak akibat mimpi yang sama disetiap malam...