Sebuah kebanggaan yang wajib untuk dilestarikan.
Waktu itu, dengan keadaan sekolah yang belum utuh, alias masih di renovasi. Kami menggunakan lapangan Asrama Haji untuk di pakai buat latihan. Sejak pertama kami seleksi sampai memasuki hari pertama latihan, Asrama Haji menjadi markas besar kami. Latihan, istirahat, sholat kami lakukan semua di situ.
Tapi untung aja. Mau berubah tempat latihan kek, mau rubah jam latihan kek, atau gimana pun, kami tetap semangat untuk mengikuti serangkaian latihan yang telah dijadwalkan.
Ya tapi sayangnya. Selain terkendala lapangan, saat itu juga terkendala asap dalam tingkat yang cukup berbahaya. Kalian ingat waktu kebakaran hutan kan? Nah, kota tempat saya tinggal juga mendapat efek yang cukup kuat akibat asap itu. Gara-gara asap itu juga, beberapa dari kami sempat ga dibolehin ortu mereka buat latihan. Alhasil, untuk 3-4 hari pertama pasukan belum lengkap.
Di Asrama Haji ini lapangannya besar banget. Karena memang, sesuai namanya tempat ini adalah persinggahan orang-orang yang mau berangkat haji, jadi wajar lapangannya dibuat sangat besar untuk menampung para calon jamaah serta bus yang akan mengangkut mereka.
Pada lomba kali ini, yang menjadi pelatih utama kami adalah Kak Iib. Beliau sebelumnya pernah ngelatih juga untuk lomba di SMAN 8 pada tahun lalu, dan berhasil merengkuh juara 2. Nah, pada kesempatan yang sama, Kak Iib bener-bener memegang penuh kendali. Ya meskipun beberapa senior dan alumni juga turut hadir melatih, membina dan melihat kami, tapi Kak Iib adalah orang yang bener-bener memimpin latihan kami selama 2 minggu. Dia juga yang mengajarkan semua formasi dan gerakan yang akan kami pakai saat turun di lomba SMAN 2 nanti.
Waktu udah tersisa beberapa hari lagi, lapangan sekolah akhirnya rampung. Belum 100% jadi sih. ya tapi seenggaknya ukuran lapangan yang kami perlukan udah cukup. Bener-bener dikondisikan sesuai lapangan di tempat kejadian.
Alhasil, kami tampil buruk di gladi itu. Saya sempat berpikir, kalau seandainya kami tampil seperti ini lagi, bisa dipastikan tidak akan ada satu piala yang bisa kami dapatkan. Tapi beruntung, itu hanyalah gladi. Semua yang salah masih bisa diperbaiki sebelum lomba.
H-1. Kurang dari satu hari lagi, kami tampil. Pada gladi bersih untuk terakhir kalinya, kami di tonton oleh semua anak Pramuka yang lagi latihan sore itu. Untungnya, situasi gladi bersih hari ini tidak membuat mental kami down seperti sebelumnya. Kami tampil lancar dengan masih ada beberapa kesalahan yang harus diperbaiki lagi sebelum perlombaan.
Sore itu benar-benar persiapan fase terakhir sebelum lomba. Kami semua baru pulang pukul 6 lewat. Keadaan sekolah yang gelap gulita juga seperti menyuruh kami untuk segera pulang kerumah istirahat, dan tampilkan yang terbaik buat sekolah.
Tibalah saatnya. Lomba pada hari Minggu, 11 Oktober 2015 di SMAN 2 Pontianak. Saat itu, Paskibra SMANSA bukanlah favorit juara. Mungkin kami belum dianggap sebagai pesaing terkuat SMA lain untuk memperebutkan juara. Tapi hal itu tidak mengusik mental kami, bahkan saat Paskibra SMANSA tampil sebagai urutan 1B, atau tampil yang kedua setelah 1A (SMP).
Mental dan fisik kami yang telah ditempat membawa dampak positif saat lomba. Kami lebih tenang dan lebih pede tentunya saat tampil. Meski akhirnya tetap ada kesalahan kecil saat penampilan, setidaknya kami sudah menampilkan yang terbaik buat sekolah. Apapun hasilnya, itu lah yang dapat kami tampilkan.
Pengumuman juara dan upacara penutup dilakukan sore hari setelah semua tim telah tampil. Saya tidak ikut, hanya beberapa orang yang menghadiri acara tersebut. Harapan dan doa terus mengucur dari kami demi mendapat hasil terbaik.
Voila! Kami juara II. Di bawah Sekolah Bina Utama dan di atas SMAN 3 Pontianak. Memang suatu pencapaian yang belum maksimal, mengingat kami juga gagal merebut "Best Formasi" dan "Best Komandan". Tapi inilah hasil terbaik yang bisa kami bawa pulang. Setidaknya Paskibra SMANSA akan lebih di kenal orang lewat prestasi ini.
Kalah bukan berarti gagal. Kita gagal apabila kita menyerah. Usahalah yang menentukan. Usaha yang keras tidak akan mengkhianati hasil. (Kak Iib)